Minggu, 25 Agustus 2013

Kopi Lanang, Kopi Jomblo

"Kopi Lanang" dlm bentuk kopi beras
dari kebun Rengganis, Jember, Jatim
BELUM LAMA INI seorang kawan bertanya, apakah kopi lanang dpt dibudidayakan secara khusus? Tapi, tampaknya, kawan penanya ini sebenarnya sekaligus juga kurang mengenal apa itu “kopi lanang” .. Kami berniat menawarkan suatu tanggapan atas pertanyaan ini tapi sekaligus juga membuka diskusi kalau ada yg tertarik membahasnya. Silakan ..

Tampaknya perlu kita tanggapi terlebih dahulu latar belakang pertanyaan tt kopi lanang (peaberry) ini. Sebenarnya kami merasa ini pertanyaan agak 'kurang umum' dlm pengertian kami tak sangka pertanyaan ini muncul, tapi sekaligus kami sadari jangan2 kami keliru mengira krn kurang pengetahuan atau kurang keyakinan, karena jangan2 memang suatu ketika kopi lanang dpt dibudidayakan yak .. Selama ini kami pikir dan kami anggap begitu saja benar bahwa timbulnya kopi lanang merupakan fenomen alamiah shgg utk merekayasa secara khusus tentunya diperlukan teknologi genetik yg sangat canggih, di luar kemampuan orang awam.

Sebagai bagian dari fenomen alamiah, maka para petani-pembenih-pembibit biasanya tidak menanam biji-biji kopi lanang. Mungkin Anda sekalian punya informasi dari pengalaman pernah menanam secara khusus biji kopi lanang? Silakan share di sini .. Namanya saja kopi lanang bukan? Jadi kalau ditanam, ya barangkali benar bahwa tidak akan menghasilkan .. Mungkin benih ini bisa tumbuh tapi apriori kita mengatakan ini biji mandul.

Lebih dari itu, pertanyaan di atas itu mestinya juga dilatarbelakangi oleh keinginan utk mendapatkan untung besar dg cepat? Benarkah? Haha .. Karena kopi lanang pada umumnya dihargai lebih mahal. Ada pengusaha muda Gresik, Jawa Timur yg tampaknya sudah mengeruk banyak untung dari kopi yang diklaimnya sbg super-langka kopi luwak lanang: Theresia Deka Putri. Lebih tingginya harga kopi lanang umumnya disebabkan oleh kelangkaan keberadaan biji-biji kopi lanang secara alamiah, tapi juga karena tambahan biaya komponen tenaga kerja, terutama karena untuk mendapatkan kopi lanang itu, orang harus memilahnya, umumnya secara manual, dari seluruh hasil panen yang ada. Secara ekonomi, fenomen ini tentu tak ada bedanya dari fenomen kopi tahi luwak itu ..

Bedanya adalah bahwa kopi lanang tentunya & pd umumnya tidak tersentuh oleh tahi binatang itu krn kopi lanang, spt sudah kami singgung sebelumnya, adalah fenomen genetik ‘biasa’. Sementara kopi tahi luwak sudah sampai membuat sebagian orang sampai nekad mengerangkeng binatang malang itu ke dalam kandang atau bahkan, mungkin krn binatang itu jadi tertekan, lalu dibujuk/dirayu/ditipu dg buah2 lain menggoda yg dilumurkan pada buah2 kopi agar luwak mau lebih banyak makan buah2 kopi. Tentu saja pasti ada kopi lanang yg sampai termakan oleh luwak shgg ada kopi dobel langka yi kopi lanang-luwak? Ini mungkin lebih eksotik lagi dan lebih mampu mengeruk duit konsumen tak kritis ..

Kopi seakan-akan tak perlu lagi diurus secara seksama dg standar2 pengelolaan pasca-panen, tapi gara2 dimakan dan lewat proses fermentasi yg terjadi di dalam perut binatang yg juga doyan daging itu (ayam, misalnya), maka diandaikan begitu saja tanpa mengujinya lagi bahwa secara otomatis biji-biji kopi yg dimèncrètkan pasti kemudian berasa jauh lebih uenaak .. Praktik ini lebih dekat dg semangat korupsi .. suatu praktik yg umumnya tak terjadi pada kasus kopi lanang.

Tapi sebelum membahas implikasinya pada “budidaya kopi lanang” (mungkinkah? masuk akal? relevan?), perlu kita coba jelaskan terlebih dahulu yak apa itu definisi ‘kopi lanang’. Nah, foto di permulaan posting ini adalah foto hasil jepret dari biji-biji kopi yang sering disebut2 dg “kopi lanang” itu. Foto yg lain menampakkan beda fisik antara kopi lanang dan kopi biasa. Bagaimana menetapkan batasannya? Mungkin ini: Biji-biji kopi yang hanya terdiri dari satu benih di dalam satu butir buah kopi. Penjelasannya: Pada umumnya buah-buah kopi memiliki dua benih/biji di dalamnya, sehingga ketika calon benih itu sedang tumbuh di dalam calon buah kopi, sebagian bentuknya menjadi datar (krn satu sama lain saling menekan selama pertumbuhan/perkembangan). Sisi datar dari masing-masing biji/benih itu berhadapan satu sama lain. Lain halnya dg biji kopi lanang. Biji kopi lanang terus sendirian .. tanpa 'teman'.

seriouseat.com
Bentuk, genetik. Apakah yg barangkali sesungguhnya terjadi sehingga terbentuk sebutir buah kopi hanya memiliki satu biji saja dan bukan dua? Jawabannya mungkin tidak rumit yaitu bahwa memang kadang2 terjadi hanya satu benih saja yg terbuahi pada saat penyerbukan putik sari bunga kopi. Karena hanya satu benih saja yang terbuahi, maka biji yang terbentuk itu tak memiliki “teman” yang (dapat) menjepitnya atau saling menekan sehingga menjadi separuh pipih seperti kebanyakan biji-biji kopi yang kita kenal itu. Jadi kopi lanang itu dpt dikatakan sbg biji-biji kopi yg tak sempat terbuahi. Mungkin lebah2 itu kelewatan menempatkan butir bunga sari di atas putik sari. Berdasarkan fakta botani ini, kalau petani mau mendapatkan lebih banyak kopi lanang, maka barangkali bisa diusulkan pohon2 kopi perlu dikurung dg paranet agar lebah dan serangga2 yg membantu penyerbukan tak sampai hinggap pd bunga kopi?

Istilah laennya, dan ini sejauh saya ingat belum ada yg menggunakan: KOPI JOMBLO atau kopi tunggal/single. Mungkinkah biji-biji ‘normal’ yg lain itu disebut ‘KOPI KAWIN’? :( Nah, kalau ada ‘kopi lanang’ (kopi jantan), mengapa tak biasa juga disebut ‘kopi wadon’ (kopi betina)?? Akibat dari ketakterbuahan itu, bentuk biji kopi lanang adalah lonjong (oval), nyaris selalu bisa menggelinding jika misalnya begitu saja Anda letakkan di atas sebidang datar spt sebuah meja. Malah ada yg menyebutnya “kopi lucu”, justru karena bentuknya rada 'aneh' itu .. Dari praktik memetik buah2 kopi pada saat panen, kiranya sulit untuk mengetahui dan menentukan mana si buah kopi lanang itu selama masih dlm bentuk cherry. Kopi lanang lebih jelas tampak setelah buah kopi dikupas bagian kulit luarnya.

Kandungan unsur boron dlm media tanah? Catatan publik dari para peneliti menyebutkan biji-biji kopi lanang ini selalu dihasilkan oleh semua pohon kopi. Oleh karenanya umumnya kopi lanang tidaklah dibudidayakan secara khusus. Kita nantikan rekayasa genetik utk bisa membudidayakan kopi lanang, barangkali. Ada juga sementara peneliti yang berpendapat bahwa terbentuknya kopi lanang dipengaruhi apakah media tanah tempat tumbuhnya tanaman kopi mengandung lebih unsur boron lebih banyak atau tidak. Adakah pupuk boron yg dapat kita coba?

Jumlah. Berapa jumlah atau banyak biji kopi lanang? Umumnya, dikatakan (hanya) mencapai lima persen. Dari percobaan yg kami lakukan dari satu unit sebanyak 300gram biji kopi beras yg berasal dari kebun Rengganis di Jember, jumlahnya dapat menjadi lebih dari 10 persen. Tentu dapat dilakukan uji ulang sampel2 yg lain, dari satu musim panen dibandingkan dg panen tahun berikutnya atau sebelumnya. Kebanyakan dari kopi lanang Jember ini berukuran antara 18-20 Screen. Sangat jarang berukuran besar sampai Screen 20+.

Karakter sangrai. Fakta lain yang kami tahu adalah bahwa biji-biji kopi lanang ini tampaknya lebih keras atau lebih padat daripada biji-biji biasa. Ini terbukti dari hasil sangrai kopi. Jika biji2 kopi lanang tercampur dg semua kopi yg lain, maka kopi2 lanang ini tampak memiliki warna yang berbeda, yaitu lebih terang, alias terlambat tersangrai, atau lebih sulit disangrai, atau memerlukan waktu lebih lama dan panas lebih banyak daripada kopi2 biasa. Jika dicicip, maka rasa kopi condong jadi ‘nano-nano’ .. :( Berdasarkan fenomena ini, ada pula penyangrai yang lebih melihat bahwa kopi lanang cocok dg profil sangrai matang (dark roast). Tentunya, akan berlaku demikian, karena jika kurang matang, maka kopi lanang akan berasa lebih ‘langu’ (green taste?).

Keadaan ini sesungguhnya memaksa para penyangrai untuk sebaiknya memisahkan kopi lanang secara tersendiri, untuk kepentingan agar mudah mencapai keseragaman hasil sangrai, keseragaman rasa, tapi sejauh ditinjau dari sisi warna dan cicip hasil sangrai kopi. Untuk orang2 Asia, termasuk Indonesia, kesukaan pada sangrai matang (dark roast) akhirnya perlu pula dipertimbangkan oleh para roaster, karena ada keperluan untuk menghindarkan kopi jadi ‘belum matang’ oleh faktor keterlambatan tingkat hasil sangrai dari kopi lanang.

Citarasa. Apakah kopi lanang lebih enak daripada kopi biasa? Kami belum bisa menjawab pertanyaan ini. Kebanyakan orang mengatakan kopi lanang lebih mantap. Apa artinya? Seorang reviewer kopi menyebutkan kopi lanang lebih ‘ringan’ drpd kopi biasa, tapi body atau tekstur-nya atau tingkat viskositas emulsi kopinya lebih kuat, lebih padat. Para pedagang itu tentu mengembangkan berbagai mitos tt kopi lanang .. "Kopi lanang menambah vitalitas .. menjernihkan pikiran .." :( Anda pilih mana? Barangkali kembali kepada selera Anda yak krn sudah tak perlu lagi di sini berkomentar tt enak atau tak enaknya kopi yg dpt ditimbulkan oleh karena suatu cacat komponen faktor prosesing. Untuk sementara ini kami memegang pengandaian bahwa kopi lanang adalah fenomen alamiah. Faktor ini menjamin terpenuhinya pencapaian karakter maksimal dari kopi ybs. Satu syarat dari sekian banyak/panjang komponen prosesing yang perlu digarisbawahi adalah bahwa hanya buah kopi matang berwarna merah saja yang dipetik. Dan pada akhirnya, untuk mendapatkan suatu gagasan apakah kopi lanang lebih enak daripada kopi biasa, perlu kita lakukan uji citarasa terlebih dahulu, secara empiris-komparatif. Kami akan mengundang Anda sekalian yg bersedia, jika Anda punya waktu untuk ikut melakukan uji citarasa kopi lanang dibandingkan dg kopi2 biasa.

Jawaban atas pertanyaan uji citarasa ini kiranya akan melatarbelakangi, apakah layak dikembangkan seandainya ada gagasan untuk khusus merekayasa genetik dan kemudian membudidayakan kopi lanang. Usulan ini mengandung dua kondisi: 1) Perlu dicoba ditanam lagi terlebih dahulu biji kopi lanang. Apakah benar2 mampu atau tidak mampu menghasilkan suatu jumlah yg secara komersial memadai? 2) Kalau cara "alamiah" itu tak memberikan alternatif jawaban, barangkali baru relevan jika kita beranjak pada kemungkinan rekayasa genetik? Ini artinya kita akan (perlu) mendukung tindakan2 pro-genetically modified organism (GMO), karena untuk sementara ini tanpa ada rekayasa gen tampaknya tak akan dapat dicapai nafsu keruk untung dg ciptakan biji2 kopi lanang dlm kuantitas besar??**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar